14 February 2009

-->
KONDISI TERKINI DI WILAYAH JAWA TENGAH

Untuk menyimpulkan hasil pengelolaan berbagai macam kondisi wilayah maka  hal yang dapat dirasakan secara umum ialah tingkat ketahanan daerah yang merupakan bagian dari Ketahanan Nasional.  Kondisi terkini memberi  pertanda  bahwa adanya ketidak stabilan pada unsur-unsurnya.   Oleh karena itu untuk memastikan  kadar kondisi ketahanan daerah Jawa Tengah, kita coba mengamati kondisi unsur-unsurnya sebagai berikut :
Kondisi Geografi.Dengan terjadinya perubahan iklim yang mengglobal rupanya Jawa Tengah juga dilanda berbagai macam bencana alam, antara lain : hujan yang tidak menentu baik waktu, lokasi maupun kadar kelebatannya.   Yang disambut dengan kondisi muka bumi yang sudah rusak.Maka akibat yang ditimbulkan adalah tanah longsor, banjir bandang, angin ribut ( puting beliung ), rusaknya berbagai prasarana lalu lintas ( jembatan, jalan putus, rumah / gedung sekolah roboh dan lain-lain ).   Semua kejadian tersebut akan berdampak luas kepada bidang-bidang lain.
Kondisi Demografi. 
Sejak kaburnya fungsi-fungsi institusi yang menangani bidang Kesejahteraan Rakyat ( Kesra ) khususnya kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana, maka dampak yang timbul adalah, munculnya gizi buruk, perkembangan penduduk yang tidak terkendali, karena keluarga berencana tidak berfungsi dengan baik.Sebagai akibat banyaknya usaha-usaha  yang bangkrut karena berbagai macam kesulitan, maka pengangguran bertambah, urbanisasi kemiskinan merajalela, bahkan sampai menyeberang ke daerah / negara lain ( Irak, Malaysia dll ).   Didepan mata, GEPENG                     ( gelandangan, pengemis dan orang terlantar )  bertebaran hampir di setiap kota di Jawa Tengah.
Kondisi Sosial.
Ideologi. 
Pancasila sebagai Ideologi negara, jati diri bangsa dan pedoman hidup bangsa hampir lepas dari pribadi  bangsa Indonesia, maka Jawa Tengah juga terkena akibatnya, antara lain : Terjadinya benturan-benturan yang lazim disebut konflilk horizontal / vertikal ( perkelahian antar kelompok penduduk – Solo dll ).
Dilembaga pendidikan tingkat dasar terjadi perebutan pengaruh antara pendidikan Moral Pancasila dan keagamaan khususnya agama Islam.   Timbul semacam perdebatan penting mana          ” Pancasila ” atau ” Agama ”. Dikalangan masyarakat rendahan / pedesaan, hampir tidak mengenali lagi ” Pancasila ”.   Mereka lebih suka berdemo dari pada bermusyawarah dengan kekeluargaan.   Masyarakat yang dulunya suka bergotong royong kini berubah menjadi patembayan individualistik.
Politik. 
Dengan kacaunya perundangan yang mengatur otonomi daerah, berdampak lemahnya pemerintahan di daerah.   Problem yang selalu ada adalah tarik ulur antara unsur eksekutif dan legeslatif.   Dengan demikian maka timbul keterlambatan di berbagai hal yang semestinya memerlukan kecepatan pengambilan keputusan, misalnya penanganan bencana ( banjir, tanah longsor dll ), terpaksa lambat karena prinsip-prinsip anggaran yang  ” tarik ulur ”. 
Dengan merebaknya pembentukan partai politik ditingkat pusat, yang kemudian akan mengembangkan pengaruhnya di daerah, maka masyarakat sampai kepedesaan seolah-olah ada permainan ” judi polik / partai ”.   Masyarakat yang semestinya harus belajar pertanian, maka terpaksa lebih menarik berkumpul ngomong tentang partai A, B, C dll. Adanya Pilkada ( Pilgub, Pilbup ) dengan model pemilihan langsung telah terbukti bahwa membuat rakyat tercabik-cabik keutuhannya.   Dalam waktu  dekat ( 22 Juni 2008 ) di Jawa Tengah akan di selenggarakan Pilgub / Wagub dengan calon 5 ( lima ) pasang, dua diantaranya calon dari TNI.   Sebagai pejuang kita tentunya pantas berpikir lapang dan luas serta mendasar.   Kita akan pilih yang senior ( pangkat maupun kedewasaan / pengalaman ).   Sebab yang senior tentunya memenuhi 3 ( tiga ) kriteria dasar : Karakter yang baik,  tingkat  pengalaman  yang   mumpuni dan ilmu pengetahuan yang memadai pula. 
Ekonomi. 
Sebagai akibat bencana alam ( banjir, tanah longsor, angin     ribut ), maka masyarakat yang sumber penghidupannya sebagai petani sungguh memprihatinkan, sebab berbagai usaha ( padi, polowijo, perikanan, peternakan ) hampir semua puso.  
Yang lebih memperparah lagi ialah rusaknya tempat tinggal dan harta kekayaan yang lain.  Sebagai akibatnya  dapat dipastikan Kemiskinan tambah.Sebagai akibat goncangnya : minyak tanah, minyak goreng, kedelai gas yang tengah dalam konversi – yang diperparah dengan kenaikan harga berbagai bahan pokok, maka masyarakat tampak kehilangan gairah hidup dan berpotensi keputusasaan.Hal khusus : Yang sungguh menyedihkan keadaan seperti ini seolah-olah dipelihara oleh ” oknum ” yang punya kepentingan      ” politik ” ( Pilkades, Pilkada dll ) untuk mempermudah dan mempermurah ” money politik  ” ( politik uang ).
Sosial - Budaya, 
Pendidikan.Mulai dari pendidikan dasar  9 tahun hingga perguruan tinggi memuat masalah yang mendasar, yakni : di perguruan tinggi – tentang biaya SPP, uang kuliah yang tinggi atau mahal dll ; di pendidikan dasar masalah peraturan jabatan Kepala Sekolah Dasar ( SD VI tahun ) hingga kurikulum dan pendidiknya.Contoh : -       Jabatan Kepala SD dibatasi 4 tahun, kalau berhasil dapat   diangkat   4   tahun  lagi,   dan    setelahnya kembali    menjadi    Guru   biasa.     Hal   ini   akan berpengaruh terhadap semangat kerja ( menurun ). -        Kurikulum selalu berubah-ubah, hal ini akan menyulitkan baik bagi Guru maupun murid.2)                 Rakyat miskin makin tambah, pratandanya : -                      Miskin, lapar dan depresi – banyak kasus ibu membunuh anak kandungnya, kemudian berusaha bunuh diri ;             ( beberapa saat yang lalu terjadi di daerah Pekalomngan )3)                 Pemanfaatan para seniman ( al. Dalang, Pelawak, Pemusik ) untuk kampanye ( Pilgub, Pilbub ) dapat berbuntut rusaknya kekompakkan para seniman / budayawan.4)                 Pengaruh ” alam reformasi ” yang mengedepankan keterbukaan, kebebasan, keterus terangan, hilangnya rasa rikuh pekewuh – ternyata membuat menipisnya sikap kesopanan dan menjadi masyarakat yang keras ( berangasan ).Pratandanya antara lain : -                      Masyarakat jadi sukar diatur.-                      Pelanggaran – mulai dari yang kecil sampai yang besar terjadi – dan aparat seolah – olah tiada berdaya.-                      Timbulnya sikap apatis baik aparat keamanan maupun masyarakat yang wujudnya dapat terjadi tindak anarkhis.
-                      Timbulnya  kelompok penekan, misalnya ” FPI – Fron Pembela Islam ” seolah-olah jadi aparat keamanan ” Agamis ” yang boleh berbuat kekerasan terhadap yang dianggap ” melanggar ”. ( terjadi di Solo, Yogyakarta).
Pertahanan – Keamanan.
 1)                 Kekompakkan antar aparat kemanan ( TNI, Polri, Sipil ) cukup baik dan terkoordinir / terkendali.2)                 Tindak kriminalitas ( pencurian, perampokan dll ) menunjukkan eskalasi yang meningkat.   Hal ini sangat terkait dengan  keadaan perekonomian ( penghidupan ) yang semakin terasa menurun ; ( miskin – lapar – depresi ).   Lapangan pekerjaan semakin sulit – kebutuhan pokok untuk hidup semakin mahal.3)                 Dari berbagai macam bencana, kiranya perlu diwaspadai kemungkinan adanya ” sabotase ”.   Misalnya, setiap terjadi bencana kebakaran, jawabannya cukup disebabkan terjadinya ” hubungan pendek  - listrik ”.   Lebih ironis lagi – dibawah banjir – diatas kebakaran.Analisa : -                      Dari pengalaman, untuk listrik 220 VA  apalagi 440 VA bila ada kontak pendek tentu meledak dan kabel akan putus – tidak membara.-                      Ada baiknya terhadap kejadian-kejadian yang aneh perlu dicermati – sebagaimana masa-masa dahulu saat negara RI hampir 100 % aman selama + 30 tahun.
Demikian tinjauan visual yang dapat direkam baik melalui media massa maupun pengamatan langsung, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment

tuliskan komentar anda di sini :