14 February 2009


KEKOMPAKAN KITA RAPUH
H. SOEDARSONO

a. ”ARDI TIDAR MEDAL DAHANA, SIRNA ILANG TANAH JAWI”
( Gunung Tidar keluar api, hancur tanah Jawa ).
Kata sederhana ini saya tepis sejak dibangku Sekolah dasar / SD ( dulu Sekolah Rakyat / SR ) ; ’ artinya ’ tidak ada yang dapat menentukan secara pasti.
Saat menjadi Taruna AMN ( Akademi Militer Nasional ) tahun 1964 – 1967 tetap terpendam di pemikiran dan sekali-kali mencuat dan ingin tahu arti yang pasti !. Sesekali dapat tindakan naik Tidar dengan memikul lesan, hati selalu berpikir, apa arti kata-kata itu ? Padahal Gunung Tidar tidak punya kawah ? Tahun 1967 saya harus meninggalkan Tidar untuk bertugas di berbagai daerah dan berbagai macam tugas. Ditahun 1988, saya mendapat tugas yang melenceng dari cita-cita yakni menjabat Bupati Kudus sampai tahun 1998.

b. Dipenghujung penugasan 1998 – Mei 1998, munculah gejolak yang menamakan ” Era Reformasi ”. Terhembus suara dan seruan bahwa semua tatanan Orde Baru ( ORBA ) salah, tidak demokratis. Rakyat menuntut perubahan menuju ” Demokrasi yang seluasnya ”.
Hal yang berlaku ; TNI – mengaku bersalah dan minta maaf atas kesalahan masa lalu. Beberapa Jenderal menyebar masuk kedalam berbagai macam Parpol, bahkan ada yang membuat Parpol baru. Sebagai Prajurit saya berpikir : ” Kenapa begitu ? ”.
Amanat Panglima Sudirman yang antara lain sebagai berikut :
” jagalah persatuan didalam tentara, sehingga tentara kita dapat menjadi utuh, satu dan merupakan suatu benteng yang kokoh kuat dalam menghadapi siapapun juga ”. ....... kelengahan menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, kekalahan adalah penderitaan !.

c. ” ...... ARDI TIDAR MEDAL DAHANA ” ........ ( Gunung Tidar keluar api .. )
Dalam pemikiran saya adalah sebagai berikut :
Disadari atau tidak, dirasakan atau tidak, diakui atau tidak ; sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, serta merta dengan itu lahirlah TNI. Dengan kelahiran TNI sekaligus mengemban tugas menjaga keutuhan dan kejayaan serta keselamatan NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ).
Sepanjang sejarah perjalanan NKRI selalu ada penampilan warga TNI, sebagai aparat apapun termasuk aparat pemerintah. Wujudnya antara lain Kepala Desa, camat, Bupati, Gubernur bahkan Presiden. Bumi berputar jaman bertukar. Ditahun 1988 sebagian terbesar pejabat dikalangan TNI adalah Perwira / Perwira Tinggi lulusan AMN, nota bene adalah lulusan Kawah Candradimuka ” Gunung Tidar ”.
Dengan tersebarnya para Pa / Pati di berbagai Parpol / kelompok politik – itulah gambaran membaranya Gunung Tidar, rapuhnya kekompakkan TNI.

d. Bara api disulut terus oleh kelompok lawan TNI. Desakan agar TNI -di reformasi ! Terjadilah hal yang tidak benar, antara laiN:
1) Cabut Dwi Fungsi TNI sudah dipenuhi ! walau ini tetap tidak benar !. TNI – tetap insan Hankam dan insam Sosial !.
2) Bubarkan Koter ( Kodam, Korem, Kodim dan Koramil ), tidak terwujud.
3) Bubarkan Kopasus ( tidak terwujud ).
4) Pisahkan TNI dan Polri, terwujud dengan lancar, karena sebagian berniat pisah.
5) Bisnis TNI – harus diakhiri dan aset diserahkan kepada pemerintah. Ini akan menghancurkan kejuangan TNI, akan digiring jadi tentara ” bayaran ” – dengan tujuan agar TNI lemah !
6) TNI jangan berpolitik ! ini akan mengacaukan semua langkah TNI. Arti sebenarnya ” politik ” adalah mengatur negara. Mereka tidak memahami musuh negara dan sekaligus tidak memahami tentang perang modern ; ( perang ideologi, politik, ekonomi, budaya – perang pisik ).
7) Undang-undang TNI, dibuat ngambang ( UU No. 34 Th. 2004 ) tentang Tentara Nasional Indonesia. Salah satu contoh ; TNI – bertugas membantu Polri atas permintaan ; namun tidak ditentukan kewenangan perbantuannya bagaimana.
8) Masih banyak lagi perlakuan terhadap TNI yang sangat tidak sepantasnya. Dengan arah menghilangkan TNI – sebagai Tentara Pejuang dan Tentara rakyat , TNI akan dijadikan “ ayam aduan “ yang tidak kenal arti kehidupan.
e. Dari uraian tersebut diatas tergambar sudah, bahwa baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal kekompakan kita rapuh. Kini permasalahannya adalah, langkah mana yang harus ditempuh TNI agar keutuhan, kekompakan dalam tubuh TNI dapat utuh dan senantiasa utuh sebagaimana diamanatkan oleh Panglima besar Jenderal Sudirman.
Lalu bagaimana tekad yang pernah kita ucapkan antara lain sebagai berikut : Langkahi mayat ABRI / TNI, kalau akan merubah Pancasila dan UUD 1945 ? cukupkah tinggal ucapan ?.

1 comment:

  1. Anonymous2/10/13 08:58

    lakukan kudeta merangkak seperti ketika Mayjend Soeharto lakukan di zaman pemerintahan Orla ketika meletus peristiwa G30S/PKI, guna mempersatukan kembali semua komponen bangsa seperti pada zaman Orde Baru dibawah kepemimpinan tunggal pemimpin besar ABRI yg mulia bapak Presiden Soeharto.
    Cari sosok yg sama persis (baik jiwa maupun raganya serta pemikirannya dan kharisma serta wibawanya) dg almarhum Presiden Soeharto untuk dijadikan kembali sebagai Presiden RI.
    Hancurkan semua ideologi yg bertentangan dg pancasila se akar2nya. Usir dan hancurkan para penyebar aliran sesat dan pengikutnya serta Islam transnasional seperti : WAHABI dan SYI'AH yg dapat menghancurkan keutuhan NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta merongrong keutuhan Pancasila, dan membahayakan keselamatan rakyat Indonesia karena ideologi mereka adalah sama kejam dan bengisnya seperti ideologi komunis.
    hanya satu kata : PANCASILA HARGA MATI !!!!!

    ReplyDelete

tuliskan komentar anda di sini :